Saturday, July 23, 2016

Punggung yang Hilang

Sunyi. punggung yang selalu kutatap dibalik ujung bulu mata lentik ini, sudah tak lagi ada, punggung itu bergerak menjauh meraung raung untuk menghindari pandangan kelopak mata yang sudah tak lagi sempurna. Desir pasir dari gesekan langkah kaki yang perlahan tak terdengar bagai dengungan yang menyayat hati. Gadis itu tetap berdiri mematung. derap jantung sudah tak lagi berjalan dengan sempurna, napas yang semula bergerak mengalir perlahan, berubah menjadi tak beraturan. Gadis itu tak merokok, tak pula berada dilingkungan yang berasap, tapi mengapa napas nya semakin menjerat menjadi-jadi? seperti ingin membunuh si pemilik napas tersebut.

Punggung itu tetap bergerak tak perduli sesuatu yang berada di baliknya. Gadis itu tetap berdiri di tempatnya, sesekali ia ingin berlari untuk mengejar punggung itu, tapi kakinya seperti es, tak bergerak sedikitpun. hatinya meronta-ronta. 'Kembalilah, tolong kembalilah'. ia berbisik.

Namun, punggung itu semakin menjauh, alam seakan tuli, tak ingin berkompromi, alam tak pernah menyampaikan bisikan gadis yang berdiri mematung itu. Punggung itu terus bergerak. dan. kemudian hilang.

Gadis itu sontak berlutut, air terus mengalir deras dari kedua ujung pelipis matanya, oksigen dalam tubuhnya seakan berkurang, dadanya amat sesak. 'ia takkan pernah kembali', lirihnya.

No comments: