Wednesday, March 26, 2014

Perpisahan

-Ada pertemuan pasti ada perpisahan kan?
kenapa Hello harus diiringi Goodbye?
kenapa Senyum harus disertai Tangis?
kenapa Datang diikuti Pergi?
Kenapa ditakdirkan bertemu tapi kemudian berpisah?
lagi-lagi kesetimbangan kehidupan, layaknya muatan negatif yang dinetralisir dengan muatan positif.-

Siang hari itu langit sedang bersinar cerah, Mira sedang duduk duduk di balkon rumahnya, memandangi partikel-partikel efektyndall saling bercumbu dilangit sehingga warna kebiruan yang cantik itu tampak dengan sombongnya.  Tapi keceriaan langit tetap tak memberikan efek baik untuk kondisi hatinya. ia tetap terus memandang tapi bukan pandangan bahagia, tapi dengan pandangan kosong yang menerawang.. ada hal yang mengusik pikirannya hari itu.. ia berfikir bagaimana harus menyikapi perpisahan yang mungkin akan ia rasakan petang hari nanti. Apakah dia harus purapura tegar dan selalu tersenyum untuk menguatkan hatinya?
Ia tetap menerawang, membayangkan bagaimana ia harus mengantarkan orang yang ia sayang menaiki kereta yang akan membawanya pergi jauh untuk sementara waktu. bagaimana ia harus melihat orang yang disayanginya duduk di dalam kereta sambil melihat kearahnya dari bilik jendela serta melambaikan tangannya. Mira tak mampu membayangkan bagaimana ia harus membalas lambaian tangan itu seraya tersenyum dibalik gerbong kereta. 'jangan pergi, kumohon' batin hatinya. tapi tak mungkin ia meneriakkan kalimat itu, ia tak mau terlalu egois untuk menahan orang yang disayanginya agar tetap berada disisinya. 'jangan cari gadis lain, tetaplah setia padaku, jangan membelok kemanapun' gumam hatinya. Meski banyak kalimat yang ia gumamkan tapi hanya 'hati-hati dijalan, jaga dirimu baik-baik' yang hanya bisa ia teriakkan sebagai salam terakhir.
suara mesin kereta menderu seperti ingin meneriakkan 'ah sudah cukup, aku sudah muak melihat kesedihan di setiap perpisahan. ini saatnya aku berangkat!'..
[kereta berjalan perlahan meninggalkan stasiun]
'kumohon, jangan pergi' desis hatinya...
ia memandang lekat-lekat wajah itu.. wajah yang biasanya menghiasi hari-harinya. lesung pipi yang menghiasi senyum manisnya dan tawa renyah yang biasa ia dengar darinya..
sebelum wajah lelaki itu pergi...
[pelan pelan.. hingga kereta tak terlihat lagi]
Mira berdiri mematung..
'pergilah, aku akan tetap menunggumu disini'
-end-

Monday, March 17, 2014

Are you jealous?:-)

Dia marah. Ya aku tahu alasannya. Tapi mendengar dia mengakui itu semua. Aku senang.
Weil, eifersüchtig ist ein Zeichen von der liebe, ist das richtig??

Syukur

Cukup lama untuk tidak menyambangi kamu.
Mau cerita, akhir-akhir ini aku semakin dekat dengannya. hey? kamu mengerti kan siapa yang aku maksud? kalo tidak mengerti yasudahlah padahal aku sudah sering cerita disini.
Aku tak mengerti kenapa dia mau mengorbankan tenaga dan waktunya untukku.
kamu tahu, dia rela muter-muter untuk menemaniku mencari kebutuhan untuk tugasku, padahal itu bukan kewajibannya. dia rela mengorbankan waktunya hingga larut malam padahal dia ada tugas yang harus dikerjakannya waktu itu. dia rela terkena banjir hanya untuk mengantarkanku saja. aku terenyuh. tidak semua lelaki seperti dia. dikala itu satu yang ada dipikiranku 'kamu udah memilih orang yang pas kok, dia emang benar-benar sayang sama kamu'

Aku bersyukur dia ada.
Aku bersyukur dia datang dalam kehidupanku.
[meski bila aku bersamanya terlalu banyak kebohongan yang telah aku perbuat haha] Tapi aku tetap mensyukuri itu.
Aku bersyukur aku pernah merasakan pahitnya ditinggal orang yang disayang. Aku bersyukur aku pernah diphp seseorang, aku bersyukur aku telah melewati itu semua. karna tanpa aku melewati itu semua. takkan ada istik yang setegar sekarang, tak ada istik yang seceria sekarang, dan tak ada istik yang ada dihatinya sekarang.
So, Allah memang maha adil kan..
"Maka nikmat Tuhanmu yang Manakah yang Kamu Dustakan?" Qs: Ar Rahman:55

Tuesday, March 4, 2014

Rindu

Rindu.
Satu kata menguras kalbu.
Sanubari penuh titisan untuk bertemu.
Tak bisakah kau tahu?
Rindu ini sungguh menjemu.

Butuh waktu untuk menyadari.
Bukan engkau yang pergi.
Aku yang ingin menyendiri.
Yang memulai semua cerita ini.
Hingga kau terus bersembunyi.

Rindu.
Jari-jari kelingking yang terkait.
Terlepas tak berbait.
Untaian kata yang terucap.
Terbawa angin tak berbekas.
Harapan indah yang melekat.
Terhempas tak berniat.

Rindu.
Ingin kuraih rengkuhan kasih.
Tapi ia tak mau menampakkan diri.
Apa salahku?
Haruskah rindu ini berbeku?

Rindu.
Butuh waktu.
Untuk tahu.
Bahwa senyuman itu mengundang rindu.
Hai rindu.
Salamkan salamku.
Rindu ini sungguh menjemu.

- buat seseorang yang udah aku janjiin ngebuatin puisi untuknya -